Allah swt berfirman, "Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian iti diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa." (al-An'aam:153)
Imam Qurthubiy dalam tafsirnya menyatakan, "Ayat
yang mulia ini berhubungan dengan ayat sebelumnya. Sesungguhnya pada
saat Allah memaklumkan larangan dan perintah, Allah telah mengingatkan
kaum muslim untuk tidak mengikuti jalan selain jalanNya. Di dalam ayat
itu, Allah memerintah untuk mengikuti jalanNya sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam hadits shahih, dan perkataan salaf shaleh.
Menurut al-Fira' dan al-Kasaa'iy, "anna" harus dibaca nashab,” anna hadza shiraathiy” (dengan fathah). al-Fira' berkata, "Boleh
dibaca dengan hafadl. Artinya, Allah telah mewasiatkan kepada kalian
untuk mengikuti jalanNya. Sebab ini adalah jalanKu (bianna hadzaa
shiraathiy). Sedangkan taqdiirnya (perkiraan maknanya) menurut al-Khalil dan Sibawaih, "Wa lianna hadzaa shiraathiy", sebagaimana firman Allah swt , "wa anna al-masaajid li al-Allah". Al-A'masy, Hamzah, dan al-Kasaaiy membaca, "wa inna hadza" dengan hamzah yang dikasrah; dan berkedudukan sebagai al-isti'naaf (permulaan). Al-Shiraath bermakna jalan, yakni dien al-Islam (agama Islam).
"Mustaqiiman" dinashabkan karena berkedudukan sebagai al-haal.
Ma'nanya adalah tegak lurus tidak bengkok. Allah swt memerintahkan
kaum muslim untuk mengikuti jalanNya, yakni jalan yang telah
disampaikan Allah lewat lisan Nabiyullah Mohammad saw, dan yang telah
disyariatkan Allah kepada beliau saw, dan yang akan berujung kepada
surga. Barangsiapa menempuh jalan kebenaran maka ia selamat. Akan
tetapi barangsiapa keluar dari jalan kebenaran tersebut, maka Allah akan
menceburkannya ke neraka.
Allah swt berfirman, "Dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan
itu mencerai-beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian iti
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa." (al-An'aam:153)
Al-Darimi Abu Mohamad di
dalam Musnadnya meriwayatkan dengan isnad shahih, "Mengabarkan kepada
kami 'Affaan, meriwayatkan kepada kami Hummad bin Zaid, meriwayatkan
kepada kami 'Ashim bin Bahrakah dari Abu Wail dari 'Abdullah bin Mas'ud,
dan ia berkata, "Suatu hari Rasulullah menggambarkan kepada kami
suatu garis, kemudian beliau saw bersabda, "Ini adalah jalan Allah,
kemudian beliau menggaris garis lagi di samping kanan dan kirinya, kemudian bersabda, "Ini adalah jalan-jalan dimana syaithan mengajak ke dalam garis ini. Kemudian beliau saw membaca ayat ini .
Ibnu Majah mengeluarkan sebuah riwayat yang menyatakan, "Dan Rasulullah saw menggambar dua garis dari samping kirinya, kemudian meletakkan tangan beliau di garis yang tengah, kemudian bersabda, "Ini adalah jalan Allah, kemudian beliau membaca ayat ini, "Dan
bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka
ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain),
karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalanNya". (6:153).
Al-Subul
di situ bermakna umum, mencakup agama orang-orang Yahudi, Nashrani,
Majusi, dan semua orang yang memiliki agama selain Islam, ahlu bid'ah,
dan orang-orang sesat, dari golongan pemuja hawa nafsu dan dosa. Mujahid berkomentar atas firman Allah, "wa laa tattabi'uu al-subul", yakni bid'ah. Sebab, sebagaimana kita ketahui bid’ah adalah semua hal yang tidak berdasar kepada al-Quran dan Sunnah.
Ibnu Syihab berkata,"Ini
sebagaimana firman Allah swt, "..yaitu orang-orang yang memecah belah
agama mereka, dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan
merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." (al-Ruum:32).
Peringatan adalah peringatan. Keselamatan adalah keselamatan. Namun,
keteguhan di jalan yang lurus --sebagaimana yang ditempuh oleh
'ulama-'ulama salaf-- akan berbuah pahala dan keberuntungan.
Para imam (ahlu hadits) meriwayatkan dari Abu Hurairah, "Rasulullah saw bersabda, "Apa yang aku perintahkan kepada kalian, maka ambillah, dan apa yang aku larang dari kalian, maka tinggalkanlah".
Ibnu Majah meriwayatkan dari 'Abd al-Rahman bin 'Amru al-Sulamiy, bahwa ia mendengar al-'Iradl bin Sariyah berkata, "Rasulullah
saw menasehati kami dengan suatu nasehat, sampai air mata kami
bercucuran, dan hati kami tersentuh. Kami bertanya, "Ya Rasulullah
sesungguhnya nasehat ini seakan-akan nasehat terakhir (bagi kami). Lalu
apa yang engkau wasiatkan kepada kami? Kemudian Rasulullah saw
bersabda, "Sungguh aku telah tinggalkan kepada kalian al-baidla', yang
malamnya bagaikan siangnya, tidak ada yang menyimpang darinya kecuali
akan binasa. Barangsiapa diantara kalian yang masih hidup, maka akan
terjadi banyak perselisihan. Maka wajib bagi kalian memegang teguh
sunnahku dan sunnah para khulafaur rasyidin yang diberi petunjuk.
Gigitlah dengan gerahammu, kalian wajib ta'at, walaupun terhadap budak
hitam. Maka orang mukmin bagaikan onta yang dicocok hidungnya, yang
mengikuti kemana orang yang membawa."
Mohammad bin Katsir telah meriwayatkan sebuah hadits dari Sufyan,”Seorang laki-laki mendatangi 'Umar bin 'Abd al-'Aziz dan bertanya kepadanya tentang qadar. "Kemudian beliau menjawab, amma ba'd. Aku berwasiat kepadamu agar kamu taqwa kepada Allah swt, melaksanakan perintahNya, dan mengikuti sunah NabiNya saw, serta meninggalkan yang dibuat oleh para pembuat hadits setelah
terjadi penyelewengan sunnahnya. Cukuplah beban untuk kalian. Kalian
wajib terikat dengan sunnah. Maka atas ijin Allah kalian akan terjaga.....”
Sahal bin 'Abd al-Allah al-Mustariy berkata,
"Kalian wajib mengikuti atsar dan sunnah. Aku takut akan datang suatu
masa jika manusia diingatkan kepada Nabiyullah saw dan untuk
mengikutinya dalam setiap kondisi, mereka mencelanya, berpaling
darinya, menolaknya, mencelanya, dan meragukannya (dan sungguh telah
datang di masa sekarang). Padahal Rasulullah saw bersabda, "Allah
menghijab kebaikan para ahlu bid'ah."
Al-Fudlail bin 'Iyaadl berkata, "Barangsiapa mencintai ahlu bid'ah, maka Allah menolak amalnya, dan mengeluarkan cahaya Islam dari hatinya. Sofyan al-Tsauri berkata, "Bid'ah lebih disukai oleh iblis, daripada ma'shiyyat. Sebab ma'shiyyat bisa diampuni, sedangkan bid'ah tidak."
Ibnu 'Abbas berkata, "Lihatlah seorang laki-laki ahli surga yang menyeru kepada sunnah dan menolak dari bid'ah dalam 'ibadah. Abu 'Aliyah berkata, "Kalian wajib berpegang kepada sunnah, dimana kalian harus selalu berjalan di atasnya , sebelum kalian bercerai-berai."
Sebagian 'ulama masyhur menyatakan bahwa ma'na dari sabda Rasulullah
saw bahwa Bani Israel pecah menjadi 72 golongan, dan umat ini akan
terpecah 73 golongan, adalah," Firqah yang terdapat dalam firqah umat
Nabi Mohammad saw adalah mereka yang memusuhi para 'ulama dan membenci
para fuqaha. Perilaku semacam ini tidak pernah terjadi pada umat
sebelumnya."
Rafi' bin Khadiij meriwayatkan , bahwa ia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, "Akan
ada pada umatku suatu kaum yang berdusta atas nama Allah dan al-Quran.
Namun mereka tidak merasa (bahwa mereka tidak ubahnya) seperti
orang-orang Yahudi dan Nashraniy ketika berdusta. Kemudian Rafi' bin Khadiij berkata,"Saya bertanya,” Bagaimana
itu bisa terjadi Ya Rasulullah, dan bagaimana terjadinya?" Rasulullah
saw bersabda, "Sebagian menerima, sebagian lain mendustakan?"
Namun, umat sekarang ini telah jauh dari Kitabullah dan Sunnah
Rasulullah saw. Mereka menentang perintah Allah swt. Padahal Allah swt
berfirman, "Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah." (al-Hasyr:7). Rasulullah saw bersabda, "Apa yang aku perintahkan kepada kalian maka ambillah, dan apa yang aku larang maka tinggalkanlah".
Penolakan kaum muslimin terhadap sunnah nabi-Nya dan perintah RabbNya
telah mengakibatkan mereka ditimpa kehinaan, kemunduran, dan kebodohan,
terpecah, belah, dan musibah seperti halnya musibah yang pernah
ditimpakan kepada orang-orang yang telah memusuhi Islam. Lahirlah
kemudian, para penguasa kaum muslimin yang menerapkan
konstitusi-konstitusi kufur yang diadopsi dari negara-negara kafir.
Mereka menentang firman Allah swt, "Dan bahwa (yang Kami perintahkan)
ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu
mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai-beraikan kamu dari jalanNya.(6:153). Kemudian mereka mengikuti jalan-jalan sesat, dan meninggalkan jalan Allah yang lurus. Padahal, bukankah Allah swt berfirman, "Apakah
hukum Jahiliyyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih
baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?"
(al-Maidah:50).
Pada dasarnya, seluruh aturan selain aturan Allah adalah aturan
Thaghut, atau aturan Jahiliyyah. Apakah konstitusi Inggris, Perancis,
Jerman, dan konstitusi buatan manusia lebih baik dari hukum Allah?
Allah swt berfirman di dalam surat al-An'am juga, "Maka
patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang
telah menurunkan kitab (Al-Quran) kepadamu dengan terperinci?"
(Al-An'am:114)
Imam Qurthubi dalam menafsirkan ayat ini menyatakan,
"Maka patutkah aku mencari hakim selain Allah, padahal Dialah yang
memberikan kamu perlindungan, padahal Dia telah menurunkan kitab
(Al-Quran) kepadamu dengan rinci dan jelas?
Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya sebaik-baik hadits adalah Kitabullah. Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk dari Mohammad saw. Sejelek-jelek
perkara adalah yang diada-adakan. Setiap yang diada-adakan adalah
bid'ah. Setiap bid'ah adalah dlolalah (kesesatan),dan setiap kesesatan
ada di neraka."
Wahai kaum muslimin, bangkitlah dari tidur panjangmu! Bersihkan
debu-debu kebodohan dan kemalasanmu! Bersungguh-sungguhlah kalian, untuk
kembali kepada hukum al-Quran dan Sunnah, dimana didalamnya terhadap
kebaikan bagi kalian di dunia dan akherat. Dan didalamnya terdapat
petunjuk , kemuliaan, dan kejayaanmu. Renungkanlah sabda Rasululah saw,
"Wajib bagi kamu untuk selalu berpegang kepada sunnahku dan sunnah para khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk setelah aku, gigitlah ia dengan gigi gerahammu."
Wahai kaum muslim, janganlah kalian mentaati para penguasa yang
menyuruh kalian ta'at kepada syaithan dan berma'shiyyat kepada Allah.
Tidak ada keta'atan bagi makhluq dalam berma'shiyyat kepada al-Khaliq
(Allah).
Allah swt berfirman, "Apakah
kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman
kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang telah
diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal
merek atelah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaithan
bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya."
(Al-Nisaa':60).
Apakah setelah dibacakan ayat-ayat yang jelas dan hadits-hadits yang
terang ini, kaum muslim boleh mengikuti syari'at selain dari syari'at
Allah? Apakah boleh bagi kaum muslim ta'at kepada penguasa-penguasa
yang menerapkan kepada kita syari'at-syari'at bathil dan thaghut?
Bukankah, semua hukum yang tidak datang dari Al-Quran dan Sunnah adalah
thaghut. Bukankah, thaghut akan menjatuhkan kita ke dalam kekafiran?
Sumber : http://muhakbarilyas.blogspot.com